Peneliti Ungkap Kerusakan Terumbu Karang di Sulsel, Rektor Unhas Turun Tangan

ist

Pihak kampus sedang fokus untuk melakukan penelitian yang sejalan dengan program pemerintah. Agar, penelitian yang dilakukan oleh dosen, misalnya. Dapat dielaborasi dengan program di bidangnya. Terutama untuk pengembangbiakan terumbu karang.

PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR - Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof. Jamaluddin Jompa terus melakukan pengembangan kampus dan mendukung inovasi yang dilakukan tenaga pendidik dalam membawa nama baik kampus lebih cemerlang.

Saat ditemui di ruangannya, Prof JJ memperkenalkan beberapa keunggulan kampus yang telah ditorehkan selama ini. Termasuk prestasi yang diraih oleh tenaga pendidiknya hingga go internasional.

"Makanya, sekarang kami lebih fokus untuk pengembangan kualitas dan kuantitas SDM. Misalnya, di fakultas kelautan. Ada pak Syafyudin Yusuf yang saat ini sedang berprofesi sebagai peneliti sekaligus dosen ilmu kelautan Unhas," ucapnya beberapa waktu lalu.

Baca Juga : Unhas Launching MIS Tingkatkan Kualitas Pengajar dan Mahasiswa

Bukan cuma itu katanya, saat ini, pihak kampus sedang fokus untuk melakukan penelitian yang sejalan dengan program pemerintah. Agar, penelitian yang dilakukan oleh dosen, misalnya. Dapat dielaborasi dengan program di bidangnya.

"Apalagi, kami telah mendengar hasil penelitian terumbu karang di pulau Sulsel yang sudah banyak rusak akibat pemboman yang sering dilakukan nelayan. Ini yang harus diawasi lewat kerjasama program dengan pemerintah," pungkasnya.

Terpisah, Dr. Syafyudin Yusuf saat ditanyai oleh portalmedia.id mengaku telah menjelajahi belahan dunia untuk melakukan penelitian biota laut agar dapat dikembangkan di kampus tercinta.

Baca Juga : Ikatek Pertambangan Unhas Jalin Kerja Sama dengan PT Tiran di Reuni 2 Dekade

"Misalnya, saat ini, saya sedang mengembangbiakkan koral di laboratorium khusus Unhas.Ini kami jadikan sebagai media pembelajaran untuk mengawinkan biota laut. Kami saat ini mengawinkan koral dari sperma dan sel telur kolar hingga membentuk koral baru. Nah, setelah bertumbuh maka, kami akan lepaskan ke laut sebagai biota baru," jelasnya.

Ungkap Kerusakan Terumbu Karang

Selanjutnya, peneliti terumbu karang ini menjelaskan, berbagai kerusakan biota bawah laut akibat tangan manusia yang tidak bertanggung jawab.

Baca Juga : Unhas dan Unismuh Bantah Mahasiswanya Ikut Program Ferienjob ke Jerman

"Kerusakan tidak bisa kita pungkiri. Kerusakan terumbu karang banyak terjadi. Karena memang aksi penangkapan ikan ilegal sering dilakukan. Misalnya, pemboman dan pembiusan. Itu acap kali terjadi. Pemboman itu biasanya dilakukan untuk mendapatkan hasil ikan terbaik. Pembiusan itu untuk mendapatkan hasil ikan hidup untuk diekspor," jelasnya.

Selama puluhan tahun melakukan penyelaman di laut khususnya Indonesia, dua praktek ini sambungnya, memberikan dampak negatif jika tidak dihentikan aksinya.

"Karena masih bisa dilakukan pembudidayaan terumbu karang. Untuk saat ini terumbu karang itu masih ada spot yang bagus di daerah - daerah konservasi. Untuk daerah yang kurang terlindungi itu, sudah menunjukkan hasil yang tidak menggembirakan. artinya terumbu karang itu sudah mulai rusak. tapi, masih bisa diperbaiki," bebernya.

Baca Juga : Perjuangkan Kesetaraan Gender dalam Sains, Unhas Sepakati Kerja Sama dengan OWSD

Sering Terjadi Pemboman di Supermonde Pangkep

Bukan hanya itu, Syafyudin mengurai kerusakan laut yang ada di Sulsel. Salah satunya, kepulauan supermonde Pangkep.

"Kepulauan supermonde Pangkep dan seterusnya itu sudah rusak. Bahkan lebih jauh lagi di daerah yang tidak dipantau. Itu kondisinyaa memang sudah rusak karena memang aktifitas pemboman acap kali dilakukan oleh para nelayan. dan harusnya ada upaya kemanan yang dilakukan pemerintah atau pun pihak lain yang bisa menghentikan itu," pungkasnya.

Baca Juga : Di Hadapan Mahasiswa UNHAS, GM PLN UID Sulselrabar Paparkan Transisi Energi

"Pemerintah bisa saja menghentikan peredaran bahan sianida. Atau menghentikan peredaran bahan boom ikan. Itu semua yang bisa dilakukan. Kemudian para LSM dan saintis harus melakukan restorasi lagi untuk terumbu karang yang rusak," tambahnya.

Populasi dan keanekaragaman itu akan sangat berkurang kalau sering dilakukan pemboman. Semua mekanisme akan mati. Teripang, karang, bulu babi, dan masih banyak lagi akan hilang dan tidak akan bisa kembali dalam waktu yang singkat. Perlu menunggu puluhan tahun.

"Saya bahkan sudah mengamati sejak tahun 90-an, sangat sulit untuk dikembalikan lagi secara alami kecuali memang dengan bantuan transplantasi dan restorasi terumbu karang," terangnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berikan Komentar
Berita Terbaru