0%
Selasa, 14 Maret 2023 22:21

Lorong Wisata Daegu Tekan Kemiskinan dan Perang Kelompok di Kawasan Tallo Makassar

Penulis : Reza Rivaldi
Editor : Rahma
Roswida, wanita pengrajian limbah sampah plastik jadi disulap menjadi tas cantik (Portal Media/Reza)
Roswida, wanita pengrajian limbah sampah plastik jadi disulap menjadi tas cantik (Portal Media/Reza)

Seperti di Longwis Daegu, para warga disana mempunyai berbagai aktifitas positif.

PORTAL MEDIA, ID. MAKASSAR -- Hadirnya program Lorong Wisata (Longwis) Daegu yang terletak di Jalan Pontiku 1 Lorong 7, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) disebut mampu menekan angka kemiskinan dan kekerasan seperti perang antar kelompok di wilayah yang dikenal kumuh itu.

Untuk diketahui, wilayah Kecamatan Tallo merupakan wilayah padat penduduk yang terletak di pinggiran Kota Makassar. Wilayah ini kerap terjadi perang antar kelompok pemuda hingga bahkan pernah menelan korban jiwa.

Berbagai upaya pun dilakukan pemerintah guna menekan aksi perang antar kelompok disana. Salah satunya dengan memanfaatkan program Longwis agar para warga mempunyai kegiatan positif.

Baca Juga : Tinjau Lokasi Perang Kelompok, Wali Koordinasi Polri dan TNI Cari Solusi

Seperti di Longwis Daegu, para warga disana mempunyai berbagai aktifitas positif. Tak hanya, untuk menekan aksi kekerasan, Longwis Daegu juga mampu menekan angka kemiskinan.

Dewan Longwis Daegu, Zaenab mengatakan, selama adanya Longwis ini aksi kekerasan seperti tawuran antar kelompok sudah tidak pernah terjadi lagi. Warga disana lebih memilih membuat kerajinan tangan dari limbah plastik menjadi tas cantik dan dapat menjadi mata pencaharian.

"Maksudnya masalah keamanan selama ini Alhamdulillah sudah bagus, memang disini masih banyak warga yang kurang mampu, tapi adanya Longwis ini warga manfaatkan dengan berjualan, seperti makanan jadi, kerajinan daur ulang, limbah sampah dikasi jadi tas," ucap Zaenab kepada Portalmedia, Minggu (12/3/2023) siang.

Baca Juga : Lorong Wisata: Inovasi Cerdas Kota Makassar di ASCN Laos

Kata Zaenab, pemuda di wilayah itu kini lebih mementingkan pendidikan, warga pun juga kini lebih fokus untuk berkegiatan positif dengan membuat berbagai kerajinan.

"Ada satu warga yang biasa buat, akhirnya dia ajar ibu-ibu lain. Anak-anak muda kan banyak kuliah dan sekolah jadi rajin dan aktif ji berkumpul hal-hal positif begitu," bebernya.

Terpisah, salah satu warga pengrajin limbah plastik yakni Roswida mengatakan, dirinya membuat kerajinan daur ulang limbah plastik itu lantaran jenuh melihat sampah yang dulunya berserakan di kawasan itu.

Baca Juga : Dewan Lorong Upaya Percepatan Program Lorong Wisata

"Pasti kalau lingkungan disini kotor, banyak orang tidak nyaman. Dari hal kecil saja itu bisa menjadi hal besar," ucapnya.

Limbah plastik itu mampu disulap warga menjadi kerajinan tangan yang memiliki nilai ekonomi.

"Manfaatnya ini selain sebagai hasil karya yang bermanfaat karena bisa dijual. Kita juga mampu mengurangi sampah yang ada di lorong kita," kata Roswida.

Baca Juga : Danny Berbagi Pengalaman Bangun Makassar Lewat Program Longwis di Mayor Forum WCS 2024

Roswida mengaku, dirinya mulai mengolah limbah sampah plastik ini menjadi kerajinan tangan sejak 2016 secara otodidak. Dengan memanfaatkan media sosial untuk belajar.

Manfaat lainnya, kata Roswida, bisa membantu dan mengajar warga lainnya untuk membuat kerajinan tangan. Sehingga ada peningkatan ekonomi bagi warga Longwis Daegu.

"Saya sampaikan kepada ibu-ibu di lorong ini jika tidak ada kegiatannya boleh merapat ke rumah saya dan saya siap ajar membuat kerajinan ini. Alhamdullilah banyak ibu-ibu yang sudah pintar membuat sendiri," tuturnya.

Baca Juga : BRIN Dorong Pemda Contoh Program Lorong Wisata Inovasi Danny Pomanto

Roswida mengaku, untuk membuat kerajinan tangan ini, bahan-bahan yang dibutuhkan yaitu lingkaran keras bagian atas gelas plastik, pita kawat dan guting atau cutter.

"Kemudian lingkaran keras bagian atas gelas plastik itu di ikatkan pita kawat setelah itu membentuknya sesuai keinginan," ungkapnya.

Dia mengatakan satu kerajinan tangan yang dihasilkan tergantung dari ukuran. Jika membuat tas atau keranjang bisa mencapai 3 hari."Tapi kalau tempat air minum paling cuman satu hari sudah selesai," tukasnya.

Saat ini ia mengaku hasil karyanya itu masih dijual di rumahnya. Harganya pun bervarisi, mulai harga Rp 25 ribu hingga paling mahal Rp500 ribu.

"Tempat sendok harganya Rp25 ribu, tempat tissu Rp50 hingga Rp100 ribu, tempat air minum botol Rp75 ribu, bosara Rp150 ribu keranjang besar Rp500 ribu," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Redaksi Portal Media menerima naskah laporan citizen (citizen report). Silahkan kirim ke email: redaksi@portalmedia.id atau Whatsapp 081395951236. Pastikan Anda mengirimkan foto sesuai isi laporan yang dikirimkan dalam bentuk landscape

karangan bunga makassar

Berikan Komentar