PORTALMEDIA.ID - Menteri Agama Nasaruddin Umar menegaskan pentingnya memperkuat kohesi sosial dan memperdalam nilai-nilai spiritualitas dalam kehidupan berbangsa agar Indonesia dapat menjadi contoh nyata pluralisme yang produktif bagi dunia.

“Fokus kita adalah menciptakan kohesi sosial yang lebih solid, konstruktif, dan produktif. Diskusi seperti ini sangat penting, karena Indonesia diharapkan bisa menjadi model bagi dunia,” ujar Nasaruddin dalam acara diskusi bertajuk Education and Social Trust in Multifaith and Multicultural Societies yang digelar oleh Institut Leimena bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Menag menjelaskan bahwa Indonesia memiliki keunikan sebagai salah satu negara dengan tingkat pluralitas tertinggi di dunia. Oleh karena itu, perbedaan suku, agama, dan budaya harus dipandang sebagai kekayaan bangsa, bukan ancaman bagi persatuan.
Baca Juga : DPR Dukung Revisi Regulasi untuk Percepat Internasionalisasi PTKIN
“Kita ini negara yang paling plural di kolong langit, tapi bisa menjadi contoh bahwa keberagaman tidak harus menjadi ancaman. Justru dari keberagaman itu kita menciptakan lukisan Tuhan yang indah, Bhinneka Tunggal Ika yang sejati,” ujarnya.
Imam Besar Masjid Istiqlal itu juga mengungkapkan bahwa Kementerian Agama tengah mengembangkan kurikulum berbasis cinta dan ekoteologi. Program ini bertujuan memperkuat fondasi moral dan spiritual generasi muda sekaligus mempersiapkan Indonesia yang lebih kompetitif di masa depan.
“Kami sedang menanamkan kurikulum cinta dan ekoteologi agar menjadi fondasi penting dalam membangun karakter bangsa,” jelasnya.
Baca Juga : Menag Nasaruddin Usulkan OJK Syariah, Sebut Dana Umat Setara Pajak Nasional
Dalam kesempatan yang sama, Nasaruddin juga menyinggung pandangan positif dunia internasional terhadap kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto yang dinilai membawa gagasan konstruktif bagi perkembangan global.
Ia menekankan bahwa seluruh pencapaian pembangunan tidak akan berarti tanpa adanya kerukunan di tengah masyarakat.
“Kita tidak bisa menikmati pembangunan dalam bentuk apa pun tanpa kerukunan. Di bangsa yang plural seperti Indonesia, kerukunan adalah faktor yang sangat penting,” tegas Nasaruddin.
Baca Juga : Hidayat Nur Wahid Dorong Kementerian Haji Perkuat Diplomasi dengan Arab Saudi
Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Mathius Ho, menyatakan dukungannya terhadap inisiatif Kurikulum Cinta yang digagas Kementerian Agama. Ia menilai konsep tersebut sejalan dengan semangat Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang dikembangkan Institut Leimena sejak 2021.
“Kami melihat Kurikulum Cinta sangat sejalan dengan LKLB. Keduanya sama-sama menumbuhkan empati dan rasa hormat antarsesama tanpa memandang perbedaan agama, etnis, atau budaya,” ujar Mathius.
Ia menambahkan, program LKLB telah melatih lebih dari 10.000 guru di seluruh Indonesia. Tujuannya, untuk mengajarkan cara memperlakukan satu sama lain sebagai sesama manusia.
Baca Juga : KPK Segera Periksa Orang-Orang Terdekat Eks Menag Yaqut dalam Kasus Dugaan Korupsi Kuota Haji
“Itulah inti dari Kurikulum Cinta, bagaimana kita mengasihi sesama tanpa melihat perbedaan,” kata Mathius.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
