PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR – Berangkat dari keresahan terhadap persoalan banjir dan krisis air yang kian sering melanda kota besar, tim Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) menggagas konsep Megapolis Water Sensitive.
Melalui ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Video Gagasan Konstruktif (VGK), tim yang beranggotakan lima mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu tersebut menawarkan solusi yang memadukan pendekatan lingkungan dengan kecerdasan buatan.
Salah satu anggota tim, Azriel dari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, menjelaskan bahwa Megapolis Water Sensitive menerapkan konsep Low Impact Development (LID) Model sebagai solusi berbasis alam yang terintegrasi dengan sistem drainase cerdas berbasis Artificial Intelligence of Things (AIoT).
"Jadi, konsep Megapolis Water Sensitive itu merupakan kawasan perkotaan metropolitan yang maju dari segi infrastruktur dan sumber dayanya sekaligus sensitif terhadap air," jelasnya.
Gagasan tersebut, lanjut Azriel, mengombinasikan solusi berbasis alam yaitu LID dan teknologi canggih pada sistem drainase yaitu AIoT untuk meningkatkan daya resap air di perkotaan dan melancarkan aliran drainase.
"Air dari drainase akan terkumpul di kolam retensi untuk ditampung dan dikelola menjadi air bersih yang dapat didistribusikan ke masyarakat, sekaligus menjadi energi listrik untuk kemandirian energi kolam retensi itu sendiri," imbuhnya.

Menurutnya, kombinasi antara pendekatan ekologis dan teknologi canggih ini menjadi pembeda utama dari berbagai inovasi sebelumnya.
Ia menambahkan, proyek tersebut dikemas dalam bentuk video dokumenter agar penonton dapat melihat langsung dampak banjir dan krisis air yang dialami masyarakat.
"Kami merasa dengan video ini kami dapat menyampaikan kepada khalayak umum bahwa ada masyarakat di luar sana yang sangat kesulitan dengan adanya masalah banjir dan krisis air bersih. Karena itu, video yang kami angkat berkonsep dokumenter," ungkapnya.
Lebih lanjut, Azriel menjelaskan bahwa ide mereka diterjemahkan dalam bentuk video dokumenter naratif.
Timnya mewawancarai sejumlah narasumber terkait permasalahan air di perkotaan, kemudian menambahkan animasi 3D untuk menggambarkan solusi yang mereka tawarkan.
Kedua elemen tersebut disatukan menjadi video gagasan konstruktif yang diunggah melalu kanal YouTube.
Pengambilan gambar dilakukan di beberapa lokasi, di antaranya Kabupaten Gowa, Kampung Buloa (Kecamatan Tallo), serta Perumnas Antang (Kecamatan Manggala), Kota Makassar.
Dua wilayah ini dipilih karena mewakili permasalahan utama perkotaan: krisis air bersih dan banjir tahunan.
“Hasil wawancara kami menunjukkan, warga Buloa sudah mengalami krisis air lebih dari 20 tahun, sementara di Antang banjir bisa terjadi sampai empat kali dalam setahun,” tutur Azriel.
Melalui karya ini, ia berharap Megapolis Water Sensitive dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat dan pemerintah untuk mengembangkan sistem tata kota yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
Baca Juga : Alumni Lintas Generasi Soroti Krisis Kepemimpinan dan Pudarnya Ruh Akademik di Unhas
“Kami berharap gagasan ini bisa menjadi inspirasi bagi pemerintah dan pemangku kebijakan dalam merancang kota yang bebas banjir saat musim hujan dan terbebas dari krisis air saat kemarau,” pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
