PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR - Ketegangan mewarnai aksi penertiban lapak jualan pisang epe di kawasan Anjungan Pantai Losari, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), pada Jumat (5/8/2022) petang.

Awalnya, rencana penataan yang dilakukan oleh satgas Unit Pelaksana Tugas (UPT) Pantai Losari berlangsung damai. Namun tak berselang lama, saat petugas kepolisian atau Bhabinkamtibmas Polsek Ujung Pandang, Aiptu Patta Nonci mencoba memberi penjelasan, seorang penjual merespon dengan nada keras.
Pedagang penjual pisang epe yang dikenal dengan nama Daeng Bau bereaksi lebih awal. Nada keras dilontarkan pedagang pisang epe itu lantaran tidak terima dengan pernyataan petugas.
Baca Juga : Bocah Tujuh Tahun dan Petugas Satpol PP Jadi Korban Tawuran Antarwarga di Makassar
Dengan menggunakan pengeras suara, petugas menganggap Daeng Bau, bersikukuh tak ingin diatur tata letak lapaknya karena punya kepentingan pribadi. Padahal lapak penjualan pisang epe hanya digeser beberapa meter dari pagar anjungan Pantai Losari.
"Mohon maaf, kalau kau berbicara apa yang saya mau makan?, Itu artinya kepentingan umum kau mau jadikan kepentingan pribadimu," ujar petugas kepolisian Aiptu Nonci memberi penjelasan.
Mendengar pernyataan itu, Daeng Bau yang mulanya duduk di teras tembok pun berdiri dan mendatangi petugas. "Siapa bilang?," ucap Ida Daeng Bau sembari berjalan ke arah Daeng Nonci dan menghalau megaphone yang dipegang petugas.
Baca Juga : Satpol PP Sulsel Aktifkan Kembali Pos Kamling dan Integrasikan dengan Posyandu Lintas Sektor
Adu mulut pun tak terhindarkan dan suasana menjadi tegang. Hingga akhirnya, petugas Satpol PP perempuan bergegas menenangkan Daeng Bau.
Demi Kebersihan Pantai Losari
Kepala UPT Pantai Losari Nurul Salsabila mengatakan, penataan dilakukan untuk memperindah dan menjaga kebersihan Pantai Losari.
Kata dia, jejeran gerobak atau lapak penjual pisang epe yang ingin ditata, sebelumnya berdiri di atas penutup saluran drainase dan sampahnya pun menumpuk.
Baca Juga : Satpol PP Lutim Musnahkan 4.760 Arsip Inaktif
"Kalau gerobaknya di situ (atas drainase) itu sampah-sampahnya turun di drainase, ada pembungkus jagung, sendok dan macam-macam," ujar Nurul.
Selain itu, posisi gerobak yang berdempetan dengan pagar juga dianggap merusak taman dan bahkan menurutnya sampah-sampah itu juga sering memicu terjadinya banjir di wilayah tersebut sebab saluran air sudah tertutup sampah.
"Juga merusak taman karena gerobaknya di situ dekat pagar. Termasuk merusak juga pagar," sebutnya.
Baca Juga : 408 PPPK Satpol PP Sulsel Terima SPMT, Momen Haru Pengabdian Belasan Tahun Terbayar
Nurul menjelaskan dari 70 lebih PKL yang berjualan di lokasi tersebut, hanya ada sekitar 26 PKL tak terima posisinya dipindahkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
