PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, melalui Dinas Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikulturan dan Perkebunan (PTHBu) Sulsel, tengah gencar mengantisipasi dampak musim kemarau yang berkepanjangan.
Salah satu upaya konkretnya adalah dengan memaksimalkan bantuan perpompaan untuk para petani. Langkah ini bertujuan agar petani tetap dapat bercocok tanam meskipun ketersediaan air semakin terbatas.
"Air bawah tanah kita masih maksimalkan. Air-air permukaan yang selama ini hanya mengalir sampai ke laut saja itu kita bisa manfaatkan untuk pertanaman karena dari hujan kan sulit kita harapkan sekarang ini kecuali ada upaya rekayasa cuaca turun hujan," kata Imran, Minggu (29/09).
Imran menyebut, selama dua bulan terakhir, perpompaan harus dimaksimalkan, "Maka ketika nanti sudah masuk musim hujan saat November, para petani sudah bisa maksimal memanfaatkan lahannya yang ada."
Mengingat prakiraan BMKG Wilayah IV Makassar yang menyebutkan cuaca panas akan berlangsung hingga Oktober 2024, langkah antisipatif ini dinilai sangat penting untuk menjaga produktivitas pertanian di Sulsel.
Terlebih lanjut Imran, berdasarkan data yang ada, 44 persen sawah di Sulsel adalah sawah tadah hujan. Hanya 56 persen yang sawah irigasi. "Kalau kita lihat di Jawa itu sudah 70 persen sawah irigasi. Ini tantangan ke depan kita ini bagaimana pengelolaan air yang bagus," lanjutnya.
Sebanyak 4.000 unit bantuan pompanisas dari Kementerian Pertanian, dipastikan Imran sudah harus terpasang dan dimanfaatkan.
Pompa-pompa ini tidak hanya untuk mengalirkan air irigasi, tetapi juga untuk mengalirkan kelebihan air di lahan yang tergenang, sehingga irigasi dapat berjalan lancar.
Kendati menghadapi berbagai tantangan tersebut, Imran yakin produksi padi dan padi Sulawesi Selatan tahun ini akan sesuai target, sehingga defisit tahun 2023 dapat teratasi.
Program optimalisasi lahan rawa telah dilaksanakan, dan beberapa kabupaten telah berhasil memanfaatkan lahan tersebut untuk pertanian. Meski beberapa daerah masih dalam proses penyelesaian, program ini diharapkan dapat menutupi kekurangan yang terjadi tahun lalu.
"Artinya, kekurangan yang kita alami tahun kemarin itu dibandingkan tahun 2023 yang lalu. Itu bisa ditutup dari optimalisasi lahan rawa," urainya.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sulsel, Andi Muhammad Arsyad menyampaikan hingga saat ini ketersediaan pangan dipastikan masih cukup. Walaupun cuaca sangat berpotensi menurunkan produktivas pertanian.
Berdasarkan analisis terhadap 11 komoditas pangan pokok strategis, Arsyad menyampaikan terdapat surplus pada beberapa komoditas seperti jagung, beras, daging sapi, telur ayam, dan gula pasir.
Meskipun ketersediaan cabai rawit cenderung terbatas, secara keseluruhan neraca pangan masih menunjukkan kondisi yang positif. Kondisi ketersediaan ini, kata Arjsad juga sedikit memberi pengaruh kepada beberapa komoditi pangan dan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News