PORTALMEDIA.ID, MAKASSAR - Sejarawan Universitas Hasanuddin, Suriadi Mappangara menilai bahwa pembangunan Kereta Api Trans Sulawesi belum tepat sasaran karena jalurnya yang hanya sampai ke Kota Pare-Pare.
Lulusan S3 Ilmu Sejarah Universitas Gajah Mada (UGM) ini menilai bahwa jalur kereta ini bisa ditempuh dengan mudah juga dengan jalur darat seperti mobil.
Mengapa jalur kereta api di Jawa dapat sukses dari zaman penjajahan Belanda hingga sekarang, kata penulis buku 'Sejarah Islam di Sulsel, Filosofi Arung Palakka' ini, dikarenakan jalurnya yang panjang dan menghubungkan banyak sentra-sentra ekonomi seperti kota besar dan pelabuhan.
Baca Juga : 6 Orang Jadi Tersangka Sindikat Kecurangan UTBK Unhas Makassar, Ada Orang Dalam
"Kalau kita melihat pembangunan kereta api di Jawa pada awal-awalnya itukan mengarah kepada bagaimana hasil-hasil perkebunan itu cepat dibawa ke pelabuhan untuk kemudian di eksport," ujar Suriadi, sapaannya ketika dihubungi Portalmedia.id, belum lama ini.
Menurut Suriadi, Sulsel walau tidak memiliki hasil perkebunan semasif pulau Jawa tetapi dengan kereta api, hasil-hasil bumi lain tetap dapat dibawa secara cepat dan aman.
"Hal ini hanya dapat berhasil jika jalur kereta api tersebut dapat menjangkau lebih banyak daerah sentral di Sulawesi," kata Suriadi.
Baca Juga : Di Balik Layar UTBK Unhas: Aplikasi Terlarang, Sindikat Perjokian, dan Perang Melawan Kecurangan
Ia mencontohkan, jalur bisa sampai ke Kendari ke Mamuju, yang memang mampu memberikan kemajuan yang luar biasa, termasuk mobilisasi orang dan juga barang bisa berjalan dengan baik.
"Di samping jalan raya tidak terlalu baik di Sulsel masih berlubang banyak, kereta api bisa menjadi solusi," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News