PORTALMEDIA.ID – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan sekaligus Direktur The Yudhoyono Institute (TYI), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), mengingatkan bahaya eskalasi kebijakan tarif impor yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Dalam pandangannya, langkah proteksionis yang diambil Trump bukan hanya berdampak pada sektor ekonomi, tapi juga berpotensi memicu ketegangan politik dan keamanan di tingkat global.
Hal tersebut disampaikan AHY saat membuka diskusi panel yang digelar The Yudhoyono Institute bertajuk "Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global", di Hotel Sahid, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Baca Juga : AHY Dorong Pendekatan Komprehensif Soal Sampah Jadi Energi, Bukan Sekadar Bisnis
Menurut AHY, kebijakan Trump yang agresif dalam menaikkan tarif impor telah mengganggu kestabilan pasar keuangan dunia serta meningkatkan risiko resesi global. Ia menilai situasi ini tidak bisa dianggap remeh karena dampaknya menjalar ke banyak negara, termasuk Indonesia.
“Saat ini, eskalasi kebijakan Presiden Trump memiliki dampak luas dan signifikan. Kita melihat gejolak di pasar finansial dan sektor riil yang cukup mencemaskan. Risiko menuju resesi global makin besar,” ujar AHY di hadapan peserta diskusi.
Ia juga menyampaikan bahwa jika tren ini berlanjut, dunia akan dihadapkan pada fase fragmentasi baru, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga dalam aspek politik dan keamanan. Menurutnya, kebijakan sepihak yang dilakukan AS bisa memicu terbentuknya blok-blok baru sebagai bentuk perlawanan terhadap dominasi Washington.
Baca Juga : Joe Biden Kritik Keras Trump Soal Pemangkasan Jaminan Sosial dalam Pidato Pascakepresidenan
“Kita berada di ambang pergeseran tatanan global. Aliansi baru bisa terbentuk, polarisasi semakin menguat, dan konflik yang selama ini membara bisa saja meledak karena negara-negara besar saling bersaing menguasai pengaruh,” paparnya.
Meski begitu, AHY tak menutup kemungkinan bahwa strategi Trump bisa memperkuat posisi hegemonik AS, terutama jika berhasil menekan negara-negara lain melalui negosiasi yang menguntungkan pihaknya.
Dalam konteks perang tarif, China menjadi sasaran utama dengan beban tarif mencapai 145 persen, sementara Indonesia juga ikut terdampak dengan rencana pengenaan tarif sebesar 32 persen. Trump sendiri masih membuka ruang negosiasi dalam tenggat waktu 90 hari sebelum kebijakan tersebut diberlakukan secara penuh.
Baca Juga : Trump Mulai Melunak, Kini Buka Pintu Negosiasi dengan China
AHY menekankan pentingnya kesiapsiagaan Indonesia menghadapi dinamika global semacam ini, serta perlunya membangun kolaborasi yang lebih kuat di tingkat regional dan internasional untuk menjaga stabilitas dan kedaulatan ekonomi nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News