Sebenarnya Syukur mengetahui soal teater ini dari teman-temannya dan orang yang berkebutuhan khusus bisa juga seni pementasan. Namun baru kali ini ikut berkecimpung dalam pelatihan.
Baginya, seni pementasan yang pernah dirasakannya adalah pertunjukan drama di sekolahnya. Dengan adanya kegiatan ini, dia merasa tertantang untuk mengeluti dunia teater.
Keingin Syukur dalam pelatihan juga sederhana saja, sepanjang dirinya nyaman dan menyukainya pastinya akan bergelut dengan serius. "Artinya suka. Saya rasa yang namanya ilmu itu tidak ada habis kalau digali. Ini (teater) hal baru bagi saya, "
Baca Juga : Pemkot Makassar Fasilitasi Pelatihan untuk 22 Difabel, 9 Perusahaan Siap Rekrut
Selama pelatihan, Syukur mengatakan tidak begitu kesulitan dalam pelatihan yang dimentori oleh Djamal Dilaga dan Syahrini Andriyani, ketua panitia pelatihan yang sudah berkiprah di dunia teater sejak tahun 2000. "Blocking-blocking area sudah dikuasi, karena diajarkan kemarin. "
"Semoga setelah saya adalah lagi pelatihan yang mengikutkan lagi para disabilitas, " ujarnya sambil menyebut bila ia akan memikirkan lagi untuk menjadi aktor teater. "Kalau diajak mau-mau saja main teater, " ucap Syukur.
Muhammad Syukur Hidayat (20 tahun), siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) A Yapti Makassar saat latihan di Gedung Kesenian Sulawesi Selatan, Societet de Harmonie.
Sitti Afra Chantika Ananda juga demikian. Melalui ibunya, Yulianti yang mampu menerjemahkan perasaan dan kondisi anaknya selama ikut pelatihan ini mengatakan tidak ada kendala yang berarti mengikuti beberapa hari pelatihan.
Baca Juga : Danny-FKUB Tekankan Pentingnya Toleransi dan Perlindungan Anak, Perempuan serta Disabilitas
"Waktu saya tanya Afra setelah ikut latihan pertamanya, Afra jawab sangat suka, " kata Yulianti di sela mendampingi anaknya workshop teater.
Yulianti bercerita, awalnya Afra mendapat informasi workshop ini dari organisasi Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) dan dari situlah dia sangat bersemangat ingin bergabung.
Tapi, sebenarnya sang ibu ini ragu dan khawatir bila Afra bisa menuntaskan latihan ini dan jangan sampai hanya bersemangat di awal saja. "Pertama kami juga ini kaget. Jangan sampai cuman hari pertama saja ikut pelatihan dan berikutnya sudah tidak mau, " kata dia.
Baca Juga : Gadis Disabilitas di Makassar Diperkosa saat Jualan Ikan Keliling, Polisi Tangkap Pelaku
"Saya dan ibu Mia (Maria UN, Ketua HWDI Sulsel) juga berpikir begitu, " katanya.
Yulianti juga sudah memikirkan hal yang terburuk terhadap anaknya itu, seperti demam panggung atau hal lain dalam pertunjukannya. Tapi dia punya keyakinan bila anaknya bisa juga apalagi Afra sudah merasakan atmosfir tampil di depan banyak orang.
"Afra tampil menari tarian 4 etnis Sulsel di acara Hari Peringatan Disabilitas Dunia tahun lalu. Dia cuma sendiri, harusnya kan 4 atau 5 orang untuk membawa tarian itu. Anaknya saya tampil dengan baik dan percaya diri. Hari itu juga khawatir jangan sampe berhenti di pertengahan dan menangis " kisahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News