Di awal berlatih Taekwondo, Saya termasuk murid yang biasa saja. Masih sok kalem dan pemalu, sekarang malu-maluin. Becanda 😁
Ketika pertama kali mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat (UKT) Taekwondo, Saya termasuk peserta paling deg-degan karena harus tampil di depan banyak orang dengan memperagakan beberapa teknik dasar Taekwondo.
Ada rasa minder pastinya, selain faktor kemampuan, dojang (baca : tempat latihan) kami juga termasuk baru. Walaupun konon katanya Club Taekwondo SMANSA termasuk club yang disegani di masanya karena para murid yang berkualitas dan bermental juara, termasuk pelatih Saya, Sabum Gedmi Sanda.
Rasa deg-degan itu berlanjut waktu mengikuti kejuaran antar pelajar dan mahasiswa yang diadakan oleh UNHAS di mana hal ini merupakan pengalaman pertamaku bertanding di arena beladiri.
Pelatihku tak henti memberi motivasi dan semangat agar Saya bisa mengalahkan rasa takut. Dan rasa deg-degan itu semakin kencang ketika namaku disebut melawan salah satu atlet jagoan Sulsel, Sabum Sari Pongpadati.
Pertandingan pun berlangsung dan tendangannya pun nyasar ke rahang Saya yang membuat Saya pusing tujuh keliling dan gigi rasanya mau rontok semua. Dahsyat tendangannya. Ma syaa Allah 😂
Waktu itu Saya masih Sabuk Kuning dan beliau Sabuk merah kalau tidak salah. Dari segi pengalaman dan umur, dia lebih hebat dan senior.
Walaupun kalah, Saya bersyukur karena bisa menyelesaikan tiga ronde tanpa KO. Tendangan yang nyasar di rahangku tak membuat Saya menghentikan pertandingan. Alhamdulillah
Setelah mengalami kekalahan yang menurutku sangat wajar. Muncullah rasa dan naluri ingin selalu menjadi yang terbaik.
Event berikutnya adalah kejuaraan antar pelajar dan mahasiswa Atmajaya Cup II. Di kejuaraan ini terpisah antara pelajar dan mahasiswa.
Beda dengan kejuaraan yang sebelumnya kami ikuti adalah bercampurnya antara pelajar dan mahasiswa.
Sebelum mengikuti kejuaraan ini, Saya mengikuti Ujian Kenaikan Tingkat/sabuk Taekwondo dan membawa Saya lulus istimewa. Maksudnya istimewa? Seperti martabak istimewa ya? Hehehe. Yaa waktu itu penguji memutuskan untuk Saya dinaikkan dua tingkat. Dari sabuk kuning ke sabuk hijau tanpa melalui sabuk kuning strip hijau.
Sejak saat itu, rasa percaya diriku sudah mulai muncul sehingga menjadi modal untuk bertarung di kejuaraan Atmajaya Cup 2. Ditambah dengan pengalaman bertanding dengan senior menjadi pelajaran yang sangat berharga agar kejuaraan berikutnya bisa lebih baik.
Tak tanggung-tanggung target meraih medali emas pun Saya ikrarkan kepada pelatih bahwa Saya bisa mempersembahkan yang terbaik untuk SMANSA tercinta.
Tapi, impian itu sempat terganggu dengan melihat calon lawan saya dari Kabupaten Pangkep, Ismi namanya. Dia menjadi lawan tangguh di kelas yang saya ikuti. Melihat permainannya menaklukkan lawan-lawannya membuatku tambah ngeri-ngeri sedap. 😱😁
Tapi ikrar yang sudah terpatri dan keyakinan yang kuat bahwa Saya akan meraih medali emas di kelas Fly Putri membuat rasa takutku sirna.
Pertandingan di babak final antara Saya dan dia termasuk partai yang seru dan menegangkan. Dan keseruan dan ketegangan itu diakhiri dengan Indah dengan kemenangan untuk AMI.
Predikat Atlet Terbaik Putri Junior pun diserahkan kepada Saya dari panitia berdasarkan pertimbangan para wasit.
Medali emas dan predikat atlet terbaik Putri itu sebenarnya bukan untuk saya pribadi, tetapi untuk lawan-lawan tangguh saya di kelas fly karena tanpa lawan, kita tak bisa disebut juara. Dan jika tidak ada yang kalah, kita tidak bisa disebut sebagai seorang pemenang.
Adanya saling hormat antara atlet sebelum dan sesudah bertarung merupakan pemandangan yang Indah untuk mengajarkan kepada kita tentang RESPECT dan SPORTIVITAS. Pemenang hormat kepada yang kalah menunjukkan bahwa tanpa lawan, tidak akan disebut pemenang sehingga memunculkan respect. Sebaliknya, yang kalah hormat kepada pemenang menunjukkan bahwa harus menghargai dan mengakui keunggulan dari pemenang sehingga memunculkan jiwa sportivitas.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa kegagalan adalah sukses yang tertunda.
Tapi pepatah ini tidak sepenuhnya benar jika kegagalan membuat kita putus asa dan tidak bangkit untuk menata langkah dengan baik.
Gagal itu bukan sesuatu yang membuat kita malu, tapi kita butuh gagal untuk merasakan nikmatnya keberhasilan.
Kegagalan merupakan pelajaran yang sangat berharga. Gagal itu indikator bahwa kita pernah berusaha.
Kegagalan Thomas Alfa Edison dalam menemukan lampu bisa kita ambil pelajaran bahwa jika layar sudah terkembang, pantang biduk surut ke tepian.
Setiap pencapaian pasti menemukan rintangan, tantangan, hambatan, dan kegagalan. Tinggal bagaimana kita menyikapi hal itu untuk menuju tujuan yang kita impikan.
"Sesudah kesulitan ada kemudahan." diulang sebanyak dua kali oleh Allah dalam firman-Nya Surah Al-Insyirah ayat 5 dan 6.
Firman ini merupakan penyemangat bagi kita agar selalu optimis dalam meraih asa dan cita.
Jangan takut gagal karena itu berarti kita takut dengan keberhasilan.
Setiap pilihan pasti ada konsekuensi dan gagal merupakan risiko dari pilihan itu.
Sekian dari Saya MOTIVIGHTER